Daftar sutradara Hindia Belanda

Seorang pria berambut pendek pada berbaju putih mengkontrol kamera besar. He is facing left.
Wong bersaudara (satu gambar) adalah sudradara beretnis Tionghoa pertama di Hindia.
Sebuah gambar dari seorang pria bertubuh pendek, berambut keriting mengenakan setelan jas dan dasi.
Bachtiar Effendi, sutradara pribumi Indonesia terawal.
Seorang pria berambut pendek dan berdasi kupu-kupu menghadap kedepan.
Andjar Asmara, seorang jurnalis, menjadi seorang sutradara pada tahun 1940.
Gambar setengah badan seorang pria berambut hitam dan berkacamata menghadap ke depan.
Usmar Ismail, membuat debutnya pada tahun 1949, yang kemudian dipanggil bapak film Indonesia.[1]

29 orang tercatat telah menyutradarai film-film fiksi di Hindia Belanda antara tahun 1926, ketika L. Heuveldorp merilis Loetoeng Kasaroeng, film yang pertama kali dibuat di koloni ini,[2] dan tahun 1949, ketika Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia pasca-revolusi empat tahun yang membubarkan Hindia Belanda.[a][3] Tiga belas sutradara yang aktif di Hindia Belanda melanjutkan penyutradaraan film setelah tahun 1950, termasuk Usmar Ismail: filmnya pada tahun yang sama berjudul Darah dan Doa umumnya dianggap sebagai film Indonesia pertama yang sesungguhnya.[4]

Sutradara pertama di koloni tersebut, Heuveldorp dan G. Kruger, adalah orang Eropa atau keturunan campuran.[5] Kemudian diikuti dengan etnis Tionghoa setelahnya, ketika Nelson Wong membuat debutnya pada tahun 1928 dengan Lily van Java;[6] sutradara Tionghoa lainnya termasuk Lie Tek Swie (1929), Joshua dan Othniel dari Wong bersaudara (1930), dan The Teng Chun (1931). Sutradara beretnis Tionghoa mendominasi sinema koloni tersebut untuk memperlihatkan eksistensinya.[7] Sutradara pribumi pertama, Bachtiar Effendi, membuat debutnya pada 1932 dengan menampilkan Njai Dasima;[8] sutradara pribumi lainnya tidak tampil sampai Andjar Asmara dan Rd Ariffien membuat debut mereka pada 1940.[9][10]

Sutradara yang aktif di Hindia Belanda berasal dari berbagai latar belakang. Beberapa di antaranya, seperti The Teng Chun, Fred Young, dan Wong bersaudara, telah memiliki minat terhadap film sejak masa muda mereka.[11] Sementara yang lainnya, seperti Njoo Cheong Seng dan Andjar, memiliki latar belakang bekerja sebagai seorang pemain teater.[12] Yang lainnya lagi, termasuk Albert Balink dan Ismail, memiliki latar belakang bekerja sebagai seorang jurnalis.[13][14] Mereka semua pria; wanita pertama yang menyutradarai sebuah film di kepulauan Indonesia, Ratna Asmara, membuat debutnya setelah Hindia Belanda dibubarkan.[15] Di antara mereka, 29 pria yang menyutradarai 103 film, pada waktu itu bekerja secara bersama-sama; itu tidak biasa bagi mereka untuk mengambil lebih dari satu peran dalam produksi.[7] Namun, mereka umumnya memiliki kontrol yang kurang kreatif dari produser.[16]

Daftar berikut ini diurutkan menurut urutan abjad, dengan kemampuan pemilahan lebih lanjut dalam bidang-bidang tertentu; karena berbeda konvensi penamaan antara budaya, tidak semua entri diurutkan menurut nama belakang. Daftar ini hanya menghitung film fiksi yang disutradarai oleh subyek dan tidak termasuk film-film dari genre lain atau film di mana orang tersebut memegang peran lainnya. Jika memungkinkan, nama-nama orang yang dituliskan dengan nama singkatan ditulis secara lengkap.

  1. ^ Kurniasari 2012, Reviving.
  2. ^ Biran 2009, hlm. 61, 68.
  3. ^ Kahin 1952, hlm. 445.
  4. ^ Biran 2009, hlm. 45.
  5. ^ Biran 2009, hlm. 55.
  6. ^ JCG, Lily van Java.
  7. ^ a b Biran 2009, hlm. 379-386.
  8. ^ Said 1982, hlm. 138.
  9. ^ Biran 2009, hlm. 213.
  10. ^ Filmindonesia.or.id, Rd Ariffien.
  11. ^ Biran 2009, hlm. 188.
  12. ^ Said 1982, hlm. 29.
  13. ^ Biran 2009, hlm. 155.
  14. ^ I.N. 1981, hlm. 549.
  15. ^ Swestin 2009, hlm. 104.
  16. ^ Said 1982, hlm. 30.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search